
JAKARTA - Seiring bertambahnya usia, tubuh manusia tidak hanya mengalami perubahan fisik, tetapi juga perubahan fungsi otak.
Banyak orang berpikir, penurunan daya ingat dan kemampuan berpikir adalah hal yang tak terelakkan. Padahal, dengan strategi tepat, otak tetap bisa tajam dan aktif di usia lanjut.
Menjaga kesehatan otak bukan sekadar soal mengingat nama atau tanggal, tetapi juga memastikan fungsi kognitif, fokus, dan kemampuan memproses informasi tetap optimal.
Baca Juga
Otak manusia memiliki kemampuan luar biasa untuk beradaptasi dan membentuk koneksi baru sepanjang hidup, yang dikenal sebagai neuroplasticity.
Artinya, meskipun proses penuaan tidak bisa dihindari, otak tetap bisa dilatih agar tetap aktif dan berfungsi optimal. Dengan memahami cara merawat otak, kita bisa menunda penurunan fungsi kognitif, menjaga kualitas hidup, dan tetap produktif di usia lanjut.
1. Konsumsi Makanan yang Mendukung Kinerja Otak
Apa yang kita makan sangat berpengaruh pada kesehatan dan fungsi otak. Pilih pola makan seimbang yang kaya sayur, buah, rempah, kacang-kacangan, serta biji-bijian utuh.
Makanan nabati sebaiknya mendominasi, tetapi konsumsi susu, unggas, telur, dan makanan laut dalam jumlah wajar tetap dianjurkan. Daging merah cukup dikonsumsi sesekali, sedangkan makanan manis dan olahan sebaiknya dikurangi.
Nutrisi yang tepat membantu menjaga fokus, meningkatkan daya ingat, dan mendukung fungsi otak secara menyeluruh. Misalnya, kacang-kacangan dan biji-bijian kaya akan vitamin E, yang dikenal dapat melindungi sel-sel otak dari kerusakan oksidatif.
Buah-buahan seperti blueberry juga mengandung antioksidan yang mampu memperlambat penuaan sel saraf. Memperhatikan pola makan bukan hanya soal berat badan, tetapi juga kinerja otak jangka panjang.
2. Lakukan Olahraga Rutin
Otak membutuhkan aliran darah yang baik agar tetap sehat. Olahraga teratur meningkatkan suplai oksigen ke otak dan memperkuat hubungan antar sel saraf (sinapsis). Hasilnya, otak bekerja lebih efisien dan mudah beradaptasi.
Olahraga tidak harus berat. Jalan kaki 30 menit, berenang, senam ringan, atau kelas menari secara rutin sudah sangat bermanfaat. Pilih aktivitas yang aman dan menyenangkan agar dapat dilakukan secara konsisten.
Jika memiliki kondisi kesehatan tertentu, konsultasi dengan dokter dianjurkan sebelum memulai program latihan baru.
Selain mendukung kognisi, olahraga juga membantu mengurangi risiko penyakit kronis seperti tekanan darah tinggi, diabetes, dan penyakit jantung, yang jika tidak dikontrol, dapat memengaruhi fungsi otak.
3. Kurangi Stres dan Kecemasan
Stres dalam kadar normal masih bisa ditoleransi tubuh, tetapi stres kronis, kecemasan, dan depresi meningkatkan kadar hormon kortisol. Akumulasi hormon ini dapat merusak sel otak dan menurunkan fungsi kognitif.
Untuk mengatasi stres, praktikkan meditasi atau mindfulness selama 10–15 menit setiap hari. Aktivitas ini menurunkan kadar kortisol, menenangkan pikiran, dan membantu menjaga keseimbangan mental.
Menjaga pikiran tetap tenang memungkinkan otak bekerja lebih optimal dan mencegah kabut otak, sehingga fokus dan daya ingat tetap terjaga.
Selain meditasi, teknik pernapasan, yoga, atau berjalan santai di alam terbuka juga efektif mengurangi stres. Interaksi sosial yang positif, seperti berbincang dengan keluarga atau teman, juga membantu menurunkan tingkat kecemasan dan mendukung kesehatan mental.
4. Tidur Cukup dan Berkualitas
Tidur memegang peranan penting dalam proses penyimpanan informasi dari memori jangka pendek ke jangka panjang. Selain itu, saat tidur, otak membersihkan racun, termasuk protein beta-amyloid yang berhubungan dengan Alzheimer.
Tidur yang cukup membantu menjaga konsentrasi, kemampuan berpikir, dan stabilitas emosi. Lansia disarankan tidur 7–8 jam per malam dengan kualitas tidur yang baik.
Jika sering merasa lelah meski sudah tidur atau bergantung pada obat tidur, konsultasikan dengan dokter untuk mencari solusi. Membiasakan tidur di jam yang teratur, mengurangi kafein di sore hari, dan menjaga lingkungan tidur yang nyaman dapat meningkatkan kualitas tidur secara signifikan.
5. Kelola Kondisi Kesehatan dan Obat-obatan dengan Baik
Penyakit kronis seperti tekanan darah tinggi, jantung, dan diabetes bisa memengaruhi kesehatan otak. Karena itu, penting untuk rutin memeriksakan diri dan mengikuti saran dokter.
Pastikan konsumsi obat sesuai petunjuk, jangan menghentikan obat tanpa berdiskusi dengan dokter. Sebelum menambah suplemen atau vitamin baru, konsultasikan terlebih dahulu agar tidak terjadi interaksi yang merugikan.
Manajemen kesehatan yang baik mendukung fungsi otak dan meminimalkan risiko kerusakan kognitif di usia lanjut.
6. Latih Otak dengan Aktivitas Baru
Belajar hal baru membangun koneksi antar sel saraf dan merangsang pertumbuhan sel otak baru. Lansia bisa belajar bahasa baru, memainkan alat musik, atau menekuni hobi yang belum pernah dicoba.
Selain itu, aktivitas seperti membaca buku, teka-teki silang, Sudoku, atau permainan strategi juga membantu melatih daya pikir. Kuncinya adalah melakukan sesuatu yang menyenangkan agar rutinitas ini dapat dipertahankan jangka panjang.
Menemukan tantangan baru secara mental membuat otak tetap aktif dan adaptif, sekaligus menunda penurunan kemampuan kognitif. Aktivitas ini juga bisa meningkatkan rasa percaya diri dan kepuasan hidup pada usia lanjut.
7. Jaga Hubungan Sosial
Interaksi sosial berperan besar dalam menjaga kesehatan otak. Hubungan sosial yang kuat menurunkan risiko depresi, menjaga tekanan darah tetap stabil, dan mengurangi kemungkinan terkena demensia.
Luangkan waktu untuk bertemu teman, berbicara lewat telepon, atau bergabung dengan komunitas baru. Kegiatan sukarela atau klub sesuai minat juga membantu menambah koneksi sosial. Hubungan yang sehat memberi stimulasi mental, membuat lansia tetap aktif, bersemangat, dan merasa berarti.
Menjaga kesehatan otak di usia lanjut membutuhkan perhatian pada pola makan, olahraga, manajemen stres, tidur, pengelolaan kesehatan, stimulasi mental, dan interaksi sosial. Dengan kombinasi kebiasaan ini, fungsi kognitif tetap optimal, fokus terjaga, dan kualitas hidup meningkat.
Penuaan bukan berarti kehilangan kemampuan berpikir, melainkan kesempatan untuk melatih otak agar tetap aktif dan adaptif. Mengimplementasikan strategi ini secara konsisten memastikan otak tetap sehat, tajam, dan berfungsi optimal di usia lanjut.

Sindi
navigasi.co.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
Harga Tembaga Global Melonjak Akibat Krisis Tambang Freeport
- 07 Oktober 2025
2.
Program Magang Pemerintah 2025, Kesempatan Emas Fresh Graduate
- 07 Oktober 2025
3.
Update Harga BBM Pertamina Oktober 2025 Seluruh Indonesia
- 07 Oktober 2025
4.
Harga Minyak, Batu Bara, dan Logam Terbaru Oktober 2025
- 07 Oktober 2025
5.
5 Pilihan Rumah Murah Strategis di Lhokseumawe Untuk Investasi
- 07 Oktober 2025