Infrastruktur Pendakian Tambora Jadi Fokus Utama Wamen

Infrastruktur Pendakian Tambora Jadi Fokus Utama Wamen
Infrastruktur Pendakian Tambora Jadi Fokus Utama Wamen

JAKARTA – Mendaki Gunung Tambora bukan hanya tentang menaklukkan ketinggian, tetapi juga menyusuri jejak sejarah letusan dahsyat yang mengubah dunia pada 1815. Melalui perspektif itu, Wakil Menteri Kehutanan dr. H. Sulaiman Umar menekankan pentingnya peningkatan fasilitas dan sistem keamanan pada jalur pendakian gunung yang berada di wilayah Taman Nasional Tambora, Nusa Tenggara Barat.

Dalam rangkaian kunjungan kerja yang berlangsung selama empat hari, Wamen menyempatkan diri menjajal langsung jalur offroad pendakian melalui Doro Ncanga hingga ke puncak Gunung Tambora yang berada pada ketinggian 2.423 mdpl. Dari pengalaman langsung itu, ia menyoroti pentingnya pembenahan infrastruktur yang lebih baik dan berstandar keamanan tinggi demi keselamatan para pendaki.

“Tambora bukan sekadar gunung. Ia adalah jantung konservasi dan warisan sejarah dunia yang harus dijaga dengan sungguh-sungguh,” tegas Wamen dalam pernyataannya di lokasi.

Baca Juga

Cara Menonaktifkan BPJS Ketenagakerjaan

Ia menggarisbawahi pentingnya fasilitas yang memadai, mulai dari papan informasi keselamatan, pagar pembatas pada titik-titik rawan, hingga sarana pendukung yang ramah lingkungan. Menurutnya, kebutuhan tersebut harus segera dipenuhi agar pengalaman mendaki Tambora tidak hanya aman, tapi juga bermakna.

“Kita perlu memastikan bahwa akses pendakian aman, inklusif, dan tetap menjaga kelestarian lingkungan. Hanya dengan cara itu, wisata alam ini bisa memberi manfaat nyata bagi masyarakat,” lanjutnya.

Jalur Aman, Pendakian Nyaman

Kepala Balai TN Tambora, Abdul Azis Bakry, yang turut mendampingi Wamen selama perjalanan pendakian, menyampaikan bahwa perhatian besar memang difokuskan pada sejumlah titik rawan. Jalur mendekati kawah, misalnya, memiliki karakter tanah berpasir yang mudah longsor dan jalur sempit yang bisa membahayakan keselamatan pendaki.

“Titik-titik bibir kawah yang rawan karena pasirnya labil dan jalurnya sempit dipasang pagar pembatas. Ini demi menghindari potensi kecelakaan,” jelas Azis, menegaskan kembali arahan dari Wamen.

Meskipun Gunung Tambora dikenal memiliki jalur pendakian yang relatif lebih mudah dibandingkan gunung-gunung lain di Indonesia seperti Rinjani atau Semeru, Wamen tetap menekankan pentingnya sistem pengamanan yang lebih terstruktur dan bersifat antisipatif terhadap berbagai risiko.

Wamen juga mengingatkan bahwa keberadaan infrastruktur saja tidak cukup. Diperlukan kesiapan sumber daya manusia yang berada di lapangan. Ia pun mendorong adanya pelatihan teknis untuk petugas taman nasional serta para pemandu lokal, mengacu pada pendekatan yang sudah dilakukan di Balai TN Gunung Rinjani.

“Pak Wamen mengingatkan pentingnya pelatihan teknis bagi petugas lapangan TN Tambora agar siap menghadapi dinamika pengelolaan wisata alam yang semakin kompleks,” kata Azis.

Kesiapan SDM dianggap penting untuk menghadapi berbagai situasi di lapangan, terutama dalam memberikan respons cepat jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Apalagi, dalam beberapa tahun terakhir, tingkat kunjungan ke kawasan Tambora terus meningkat, termasuk dari wisatawan mancanegara.

“Hal ini menjadi evaluasi nasional, mengingat peristiwa kecelakaan di kawasan TN Rinjani belum lama ini. Kita harus belajar dan antisipatif,” tambah Azis.

Pemberdayaan Warga Sekitar

Dalam skema pengelolaan jalur pendakian TN Tambora, peran masyarakat lokal sudah menjadi bagian penting. Setiap pendaki yang ingin menjajal jalur gunung diwajibkan menggunakan jasa pemandu atau porter dari warga sekitar. Selain untuk menjamin keselamatan, hal ini juga menjadi sarana pemberdayaan masyarakat.

“Jumlah pendaki terus meningkat setiap tahun, termasuk wisatawan mancanegara. Jalur yang paling ramai adalah jalur tracking via Pancasila, meskipun masih ada juga yang masuk lewat jalur tidak resmi,” ungkap Azis.

Kebijakan tersebut sejalan dengan prinsip taman nasional yang tidak hanya melindungi kawasan konservasi tetapi juga memberi manfaat sosial-ekonomi bagi masyarakat setempat. Dengan adanya sistem yang melibatkan warga, diharapkan kelestarian lingkungan dapat terjaga, sembari membuka peluang ekonomi baru.

Kolaborasi dan Keberlanjutan

Lebih jauh, Wamen menyampaikan bahwa pelestarian kawasan seperti Tambora tidak bisa dijalankan secara parsial. Diperlukan sinergi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, masyarakat, dan pihak-pihak lain yang berkepentingan dalam pengelolaan kawasan.

Kunjungan kerjanya kali ini, menurut Kepala Balai TN Tambora, menjadi simbol bahwa pelestarian kawasan bukan hanya wacana tetapi juga perlu tindakan nyata di lapangan.

“Diperlukan sinergi antara pemerintah pusat, daerah, masyarakat, dan pemangku kepentingan lainnya untuk mewujudkan semangat Hutan Lestari, Masyarakat Sejahtera,” pungkas Azis.

Ke depannya, diharapkan Tambora dapat menjadi model kawasan konservasi yang tidak hanya dilindungi tetapi juga dikelola secara berkelanjutan. Dengan pendekatan yang melibatkan masyarakat dan menjunjung tinggi aspek keamanan, Tambora bisa tumbuh sebagai destinasi ekowisata kelas dunia, yang membanggakan Indonesia di mata internasional.

Sindi

Sindi

navigasi.co.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

BNI Pastikan Rekening Nasabah Tetap Aman Terkendali

BNI Pastikan Rekening Nasabah Tetap Aman Terkendali

Harga Emas Perhiasan Stabil, Pilihan Semakin Luas

Harga Emas Perhiasan Stabil, Pilihan Semakin Luas

Bisnis Kecil Hadirkan Peluang Untung yang Realistis

Bisnis Kecil Hadirkan Peluang Untung yang Realistis

Bursa Tegaskan Pentingnya Analisis Saham Sebelum Investasi

Bursa Tegaskan Pentingnya Analisis Saham Sebelum Investasi

Pertamina Tambah Armada, Distribusi BBM Jember Lancar

Pertamina Tambah Armada, Distribusi BBM Jember Lancar