Dokter Jelaskan Risiko Blue Light dari Layar Gadget

Dokter Jelaskan Risiko Blue Light dari Layar Gadget
Dokter Jelaskan Risiko Blue Light dari Layar Gadget

JAKARTA - Gadget telah menjadi bagian tak terpisahkan dari aktivitas harian masyarakat modern. Dalam satu hari, seseorang bisa menatap layar ponsel, komputer, atau tablet selama berjam-jam. Meski membantu produktivitas, rutinitas digital ini memunculkan kekhawatiran baru, salah satunya terkait dampaknya pada kesehatan kulit. Muncul pertanyaan yang kini cukup sering ditanyakan: benarkah terlalu sering terpapar layar gadget bisa menyebabkan kulit cepat keriput?

Pertanyaan ini wajar mengemuka, terutama mengingat semakin banyak orang yang sadar akan pentingnya menjaga kesehatan kulit. Di era digital, perawatan kulit bukan hanya tentang paparan sinar matahari, tetapi juga melibatkan faktor lain yang kerap luput dari perhatian: paparan cahaya biru atau blue light dari layar elektronik.

Cahaya Biru dan Potensi Pengaruhnya Terhadap Kulit

Baca Juga

Samsung Galaxy S25 FE Hadirkan Fitur Unggulan

Menurut Dokter Spesialis Dermatologi, Venereologi, dan Estetika, dr. Arini Widodo, SM, SpDVE, yang dijumpai di Jakarta Utara belum lama ini, istilah blue light atau cahaya biru mengacu pada bagian dari spektrum cahaya yang tidak terlihat oleh mata manusia secara kasat mata.

“Pada dasarnya yang ditakutkan dari gadget itu namanya blue light (cahaya biru), yang termasuk dalam spektrum invisible light dan tidak bisa kita lihat kasat mata,” jelasnya.

Blue light adalah jenis cahaya yang juga bisa kita temui pada sinar matahari, namun kini turut hadir dalam kehidupan sehari-hari melalui layar perangkat digital seperti ponsel, laptop, dan televisi. Meski tidak sekuat sinar ultraviolet (UV) dari matahari, paparan ini tetap dianggap perlu diwaspadai.

Risiko Lebih Tinggi Bagi Pemilik Masalah Pigmentasi

Efek blue light memang tidak sebesar sinar UV dalam merusak kulit, namun bukan berarti bisa diabaikan. Bagi sebagian orang, terutama yang memiliki kondisi kulit tertentu, paparan ini justru bisa memperburuk masalah yang ada.

“Blue light itu ada efeknya untuk kulit, tapi sebenarnya sedikit. Namun, bagi orang yang sudah punya dark spot, khususnya melasma, itu paling berpengaruh ke kulit,” kata Arini.

Melasma adalah kondisi hiperpigmentasi yang umum terjadi, khususnya pada wanita. Blue light dari gadget dapat memperparah kondisi tersebut karena mendorong aktivitas sel pigmen (melanosit) yang berlebihan. Oleh karena itu, mereka yang sudah memiliki masalah pigmentasi di wajah perlu ekstra hati-hati dan lebih bijak dalam mengatur paparan layar setiap hari.

Bukan Masalah Gadgetnya, Tapi Durasi dan Intensitas

Hal lain yang perlu dipahami masyarakat adalah bahwa setiap perangkat elektronik memiliki tingkat emisi blue light yang berbeda. Selain itu, efek dari cahaya ini sangat bergantung pada durasi serta frekuensi penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari.

“Perlu digarisbawahi kalau setiap gadget itu berbeda tingkat paparannya, serta intensitas dan frekuensi pemakaian berpengaruh terhadap kulit,” jelas Arini lebih lanjut.

Itu berarti, penggunaan gadget dalam waktu singkat tidak serta merta membahayakan kulit. Namun, kebiasaan menatap layar selama berjam-jam tanpa jeda, dari pagi hingga malam, menjadi kebiasaan yang menambah beban oksidatif kulit secara perlahan. Paparan terus-menerus inilah yang dapat mempercepat proses penuaan kulit jika tidak diimbangi dengan perawatan yang tepat.

Gunakan Tabir Surya, Meski di Dalam Ruangan

Salah satu kesalahan umum adalah anggapan bahwa sunscreen atau tabir surya hanya perlu digunakan saat berada di luar ruangan. Padahal, di zaman yang sangat bergantung pada layar seperti sekarang, menggunakan sunscreen di dalam ruangan pun menjadi penting.

“Walaupun efek negatif blue light pada kulit masih cenderung ringan, penggunaan gadget yang berlebihan tetap bisa menambah beban oksidatif pada kulit,” jelasnya lagi.

Dengan beban oksidatif yang meningkat, proses penuaan kulit bisa terjadi lebih cepat. Oleh sebab itu, penting untuk menggunakan produk sunscreen yang memiliki perlindungan terhadap sinar visible light dan blue light, meskipun aktivitas hanya dilakukan di dalam rumah atau kantor. Ini merupakan langkah preventif yang cukup efektif, terutama bila dipadukan dengan perawatan rutin lainnya.

Antioksidan dan Hidrasi Tetap Kunci Penting

Menjaga kesehatan kulit di era digital bukan hanya tentang menghindari paparan layar, tetapi juga memastikan kulit tetap terhidrasi dan mendapat perlindungan dari dalam. Antioksidan merupakan senyawa penting yang mampu melawan radikal bebas penyebab penuaan.

Dalam rutinitas perawatan kulit, penggunaan serum atau pelembap yang mengandung antioksidan seperti vitamin C dan E bisa menjadi solusi cerdas. Di samping itu, menjaga asupan cairan dan pola makan sehat juga menjadi aspek yang tak boleh diabaikan.

Di tengah tuntutan era digital, membatasi penggunaan gadget secara total jelas bukan hal yang mudah. Namun, masyarakat tetap bisa menjaga kesehatan kulit dengan langkah-langkah sederhana dan konsisten, seperti mengatur waktu layar, menggunakan pelindung kulit, serta melakukan perawatan yang sesuai.

Sebagaimana yang disarankan dr. Arini, pendekatan yang ideal adalah memahami kebutuhan masing-masing kulit serta menyesuaikan gaya hidup digital secara seimbang. Jangan sampai kemajuan teknologi justru menurunkan kualitas kesehatan kulit yang selama ini telah dijaga dengan susah payah.

Sindi

Sindi

navigasi.co.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

Jadwal Kapal Pelni Makassar Balikpapan Terbaru Agustus 2025

Jadwal Kapal Pelni Makassar Balikpapan Terbaru Agustus 2025

Hutama Karya Kerjakan Perbaikan Tol Padang Sicincin

Hutama Karya Kerjakan Perbaikan Tol Padang Sicincin

KAI Bantu Teknologi Air Bersih untuk Grobogan

KAI Bantu Teknologi Air Bersih untuk Grobogan

Akses Pasar UMKM Diperluas Rumah BUMN

Akses Pasar UMKM Diperluas Rumah BUMN

Danantara Perkuat Investasi Nasional Demi Masa Depan Indonesia

Danantara Perkuat Investasi Nasional Demi Masa Depan Indonesia