Tantangan Modal Perusahaan Pembiayaan dalam Program 3 Juta Rumah: Sinergi Jadi Solusi
- Rabu, 15 Januari 2025

Jakarta - Program ambisius Pemerintah Indonesia dalam menyediakan 3 juta unit rumah, yang diinisiasi oleh Presiden Prabowo Subianto, menyorot perhatian terhadap keterlibatan berbagai pihak, termasuk perusahaan pembiayaan atau multifinance. Namun, di balik kesempatan besar ini, terdapat hambatan klasik yang menghadang, yakni keterbatasan modal.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK), sebagai lembaga pengawas sektor keuangan, mengidentifikasi kebutuhan akan sinergi dan kerja sama sebagai solusi untuk mengatasi tantangan tersebut. Agusman, Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan OJK, menyoroti pentingnya kolaborasi antara perusahaan pembiayaan dengan entitas lain guna mendapatkan sumber pendanaan yang lebih kompetitif, Rabu, 15 Januari 2025.
"Salah satunya, bersinergi dengan PT Sarana Multigriya Finansial (Persero) dan Badan Pengelola Tabungan Perumahan Rakyat (BP Tapera) dalam rangka penyediaan sumber dana murah jangka panjang untuk mendukung penyaluran pembiayaan ke sektor perumahan oleh perusahaan pembiayaan," ucap Agusman pada konferensi pers yang digelar Selasa, 14 Januari 2025.
Menurut Agusman, terdapat 14 perusahaan pembiayaan yang telah berhasil menjalin kemitraan dengan PT Sarana Multigriya Finansial (SMF), dengan komitmen pendanaan sebesar Rp3,17 triliun. Dukungan ini diharapkan dapat menjadi stimulus dalam memperkuat modal multifinance untuk berperan aktif dalam program perumahan rakyat.
Namun demikian, tantangan lain yang tak kalah pentingnya adalah pengelolaan risiko likuiditas. Karakteristik pembiayaan perumahan yang memerlukan pendanaan stabil dalam jangka panjang menuntut perusahaan untuk cermat dalam mengelola aliran dana. "Oleh karena itu, kami berharap perusahaan pembiayaan perlu melakukan pengelolaan risiko likuiditas dengan baik," imbuh Agusman, mengingatkan para pelaku industri.
Selain menghadapi risiko likuiditas, program 3 juta rumah ini juga membuka peluang diversifikasi bagi perusahaan pembiayaan. Selama ini, fokus utama pembiayaan terletak pada sektor otomotif, yang kini bisa dialihkan sebagian ke sektor perumahan seiring meningkatnya permintaan. "Program ini tentu saja akan memberikan peluang besar bagi industri pembiayaan untuk menopang atau memaksimalkan pertumbuhan yang selama ini fokusnya lebih banyak pada pembiayaan sektor otomotif," lanjut Agusman.
Sebagai langkah ke depan, sinergi antara perusahaan pembiayaan dengan badan-badan terkait menjadi kunci keberhasilan dalam mendukung program perumahan ini. Strategi kerja sama yang efektif tidak hanya akan mengamankan pembiayaan murah dan stabil, tetapi juga akan meningkatkan efisiensi operasional perusahaan pembiayaan.
Pemerintah dan OJK optimis bahwa dengan peningkatan kolaborasi ini, tujuan menyediakan hunian layak bagi masyarakat dapat tercapai secara optimal. Penting bagi perusahaan pembiayaan untuk adaptif terhadap dinamika pasar dan regulasi, serta proaktif dalam mencari peluang pendanaan yang lebih inovatif dan berkelanjutan.

Redaksi
navigasi.co.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
Harga Sembako Jogja 7 Agustus 2025: Bawang Turun, Lainnya Stabil
- 07 Agustus 2025
2.
Wamen BUMN Dukung Koperasi Desa Tumbuhkan Ekonomi
- 07 Agustus 2025
3.
Hutama Karya Hadirkan Masjid Sebagai Ruang Sinergi
- 07 Agustus 2025
4.
Wijaya Karya Umumkan Perubahan Struktur Kepengurusan
- 07 Agustus 2025
5.
Jasa Marga Tingkatkan Layanan Tol Palikanci 2025
- 07 Agustus 2025